IKAN KERAPU MACAN
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Biologi Ikan Kerapu
2.1.1 Taksonomi
Ikan kerapu memiliki 15
genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu diantaranya adalah Cromileoptes
altivelis yang selain sebagai ikan konsumsi juga juvenilnya juga
sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae, Subfamili
Epinephelinea, yang umumnya di kenal dengan nama groupers, rockcods, hinds, dan
seabasses. Ikan kerapu ditemukan diperairan pantai Asia Pasifik sebanyak
110 spesies dan diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies
yang tercakup ke dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon.
Klasifikasi Ikan
Kerapu (Epinephelus fuscoguttatus) Menurut Myers, et.al,
(2005), menjelaskan bahwa kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum
: Chordata,
Sub phylum : Vertebrata,
Class
: Osteichtyes,
Sub class
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi,
Sub ordo
: Percoidea,
Family
: Serranidae
Sub family
: Epinephelinae
Genus
:
Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies
: (Epinephelus fuscoguttatus)
Gambar
1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) atau sering juga disebut
Groouper dipasarkan dalam keadaan hidup. Golongan
ikan kerapu yang paling banyak adalah
golongan Epinepelus sp namun yang paling banyak di
kenal di budidayakan adalah jenis kerapu Lumpur (Epinephelus
suillus) dan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus).
Golongan Epinephelus memiliki tubuh yang
lebih tinggi dari kerapu Lumpur (Epinephelus
suillus), dengan bintik-bintik yang rapat dan berwarna
gelap, sirip ikan kerapu macan berwarna kemerahan, sedangkan bagian sirip yang
lain berwarna coklat kemerahan Sunyoto Dan Mustahal (2000).
2.1.2. Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus)
Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
mempunyai bentuk badan yang pipih memanjang
dan agak membulat (Direktorat Jendral Sudirman
Perikanan Deperteman Pertanian, 1979).
Mulut lebar dan di dalamnya terdapat
gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001). Direktorat Jendral Perikanan
Depertemen Pertanian (1979), menjelaskan bahwa
rahan bawah dan atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2
baris lancip dan kuat. Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3
buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah. Jari-jari
sirip yang lemah pada sirip puggung
terdapat 15-16 buah, sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan
sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
memiliki warna seperti sawo matang dengan
tubuh bagian verikal agak putih. Pada
permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical
berwarna gelap serta terdapat noda berwarna
merah seperti warna sawo (Kordi 2001).
Habitat dan PenyebaranMenurut Heamstra dan ramdall (1993, cit.
Anonim 2001), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan
kelompok yang hidup di dasar perairan berbatu dengan
kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung koral. Selama siklus
hidupnya memiliki habitat yang berbeda-bedapada setiap fasenya, ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) mampu hidup di daerah dengan
kedalaman 0.5-3 meter pada area padang lamun, selanjutnya
menginjak dewasa akan berpinda ke tempat yang lebih dalam
lagi, dan perpindahan ikan berlansung pada pagi hari atau menjalan senja
(Anonim, 2001).
Menurut Tampu Bolon dan
Mulyadi (1989) cit. Anonim (2001)
menjelaskanbahwa telur dan larva ikan
kerapu macan bersifat pelagis sedangkan ikan
kerapu muda hingga dewasa bersifat domersal. Ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat nokturnal, dimana
pada siang hari lebih banyak bersembunyi pada
liang-liang karang dan akan beraktifitas pada malam hari unuk mencari
makanan.Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
tersebar merata dari laut pasifik hingga ke laut merah tetapi lebih
dikenal berasal dari teluk persi, Hawai, atau Pholynesia
Ikan kerapu macan terdapat hampir semua perairan pulau
tropis Hindia dan samudra pasifik barat
dari pantai timur Afrika sampai dengan Mozambika, selain itu
juga ditemukan di Madagaskar.
Cara Makan dan Jenis Makanan ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan
karnifora yang memansa ikan-ikan kecil,
kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva
merupakan memangsa larva moluska. ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat
karnifora dan cenderung menangkap/memansa yang
aktif bergerak di dalam kolam air
(Nybakken, 1988 Cit. Anonim, 2001).
Iikan
kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai
terjadi saat larfa kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung
berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) mencari makan hingga menyergap
mangsa dari tempat persembunyiannya (Anonim,
1991 cit. Anonim,2001). dengan cara makannya
dengan memakang satu per satu makanan yang diberikan
sebelum makan tersebut sampai ke dasar (Anonim, 1996 ).
2.1.3.Siklus
Reproduksi dan Perkembangan Gonad
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) bersifat Hermaprodit Protogini, yaitu perubahan
kelamin dari betina dan menjelang dewasa akan berubah menjadi
jantan Sunyoto dan Mustahal (2000). Ikan
kerapu mulai suklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian
akan berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi
masa interseks dan masa terakhir masa
jantan (Afenddy, 1997). Ketika ikan kerapu
masih muda (juvenile), gonadnya mempunyai daerah
ovarium dan daerah testis. Jaringan ovari
kemudian mengisih sebagian gonad dan setelah
jaringan ovari berfungsi mampu menhasilkan telur,
Kemudian akan terjadi transisi di mana
testisnya akan membesar dan ovarinya mengurut. Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) yang sudah tua umumnya ovarium
sudah teroduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad terisi
oleh jaringan lain. Fase produksi pada induk
betina di capai pada panjang tubuh
antara 45-50 cm dengan berat 3-10 kg
dan umur kurang lebih 5 tahun,
selanjutnya menjadi jantan yang matang gonad pada ukuran minimal 74
cm dengan berat kurang lebih 11 kg.
.2.1.4.
Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad
Effendi (2002) menyatakan
bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana
proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan
kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi
ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat
erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran
(Anonim, 1999 dalam Turangan 2000). Pada ikan kerapu
jenis Epinephelus diacantuskecendrungan perubahan kelamin terjadi
selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi perubahan
terbaik terjadi antara 2-3 tahun (Anonim, 1999 dalamTurangan 2000).
Pada ikan kerapu merah Epinephelus akaara untuk jenis ikan
betina ukuran berat 500 gram, panjang 26 cm dan jenis kerapu jantan ukuran
berat 1000 gram dan ukuran panjang 34 cm. Sedangkan untuk ikan kerapu
Lumpur Epinephelus tauvina jenis kelamin betina berat 3-4 kg
panjang 45 cm dan jenis kerapu jantan ukuran panjang 65 cm.
Slamet et al., (2001) menyatakan
bahwa pengamatan aspek biologi reproduksi beberapa jenis ikan kerapu telah
dilakukan terhadap ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), Kerapu
Macan ( Epinephelus fuscoguttatus), Kerapu Lumpur (Epinephelus
coioides), Kerapu Batik (Epinephelus microdon), dan Kerapu Karet (Epinephelusongus).
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa Pada ikan kerapu macan betina mulai matang pada ukuran
panjang total 51 cm atau bobot 3,0 kg sedangkan jantan mulai matang pada ukuran
panjang total 60 cm atau bobot 7,0 kg
2.1.5. Fekunditas dan Musim Pemijahan
Pada induk kerapu
macan yang diimplantasi pelet hormon LHRHa dosis 150ug (1 ekor)dan dosis 240ug
(2 ekor) serta 1 ekor dari kontrol. Jumlah telur yang dihasilkan dari induk
kontrol adalah 7.500.000 butir dengan frekwensi pemijahan 3 kali. Sedangkan
derajat pembuahan (FR) 93.7 – 96.5 %. Dan derajat penetasan (HR) 70.5 – 78.5 %.
Selanjutnya dari induk yang diimplantasi dihasilkan telur sebanyak 14.650.000
butir atau 4.883.000 butir/ekor dengan frekwensi pemijahan 4 kali derajat
pembuahan 95.6-98.5 % derajat penetasan 21,7-89.5 % (Mayunar et al.,
1995).
Diperairan tropis
musim pemijahan dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang tahun, akan
tetapi ada puncak musim pemijahan. Dimana musim benih kerapu di alam ditentukan
oleh angin musim ( musim barat dan musim timur), kedua musim ini mempengaruhi
kondisi arus, salinitas, suhu, dan nutrien yang terkandung. Musim
pemijahan umumnya pada ikan kerapu terjadi atau berlangsung dari bulan april
sampai juni dan antara bulan januari sampai september.
2.2. Strategi Reproduksi
2.2.1.
Pemijahan
Pemijahan ikan kerapu dapat di bagi atas 3 yaitu pemijahan alami (natural
spawning), pemijahan buatan (stripping atau artificial fertilization) dan
penyuntikan atau pijah rangsang (induced spawning). Pada induk ikan
kerapu yang telah dewasa kelamin dapat dipijahkan secara alami tanpa ransangan
hormon. Induk
ikan yang matang telur dimasukan ke dalam tangki pemijahan yang berukuran 3-5 m3 dengan
perbandingan jantan dan betina 1 : 1. Tangki ini dilengkapi
dengan sistem aerasi yang cukup dan pada siang hari di beri aliran air laut
bersih. Pemijahan biasanya terjadi beberapa hari sesudah dan sebelum bulan
purnama atau di sekitar bulan gelap dan pemijahan terjadi pada malam hari.
Pemijahan rangsang biasanya dilakukan dengan menyuntikan hormon atau campuran
beberapa hormon ke dalam tubuh induk ikan yang akan dipijahkan. Hormon yang
umumnya digunakan adalah Human Chorionic Gonadotropin (HCG), Gonatropin,
Puberogen (mengandung FSH dan gonadotropin) dan pregnyl. Ekstrak
kelenjar hipofisa ikan salmon juga dapat digunakan untuk merangsang pematangan
gonad.
Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara telah berhasil memijahkan ikan
kerapu macan menggunakan rangsangan kombinasi HCG dengan Puberogen. Induk ikan
kerapu macan yang digunakan berasal dari pemeliharaan selama 7 tahun di
kurungan apung yang diletakkan diperairan Teluk Banten. Ikan yang digunakan
berukuran 4 dan 5 kg induk betina dan 7 kg induk jantan. Ketiga
ikan ini mula-mula di bius dengan mono-etilene –glikol 100 ppm selama beberapa
menit. Pentoksi-etanol atau minyak cengkeh juga dapat digunakan sebagai obat
bius. Setelah ikan terbius induk betina diperiksa diameter telurnya
dengan cara kanulasi. Penyuntikan dilakukan 3 kali dosis campuran hormon
adalah 50 MU Puberogen dan 250 IU HCG pada penyuntikan pertama. Bila ikan belum
memijah dilakukan penyuntikan ke dua pada hari berikutnya, penyuntikan harus
diulangi dengan dosis 50 MU Puberogen 500 IU HCG. Bila ikan belum memijah
Maka dilakukan penyuntikan ke tiga
dengan dosis 50 MU Puberogen dan 750 IU HCG. Ikan ini akan memijah pada hari
yang ke tiga di dalam tangki beton berkapasitas 5 m3.
Selama ikan bertelur
induk tidak boleh di beri pakan, dan apabila induk telah memijah harus segera
dipindahkan ke tangki yang lain. Telur yang telah dibuahi berjumlah lebih
kurang 1.200.000 butir. Dari jumlah ini diperkirakan hanya 30 % saja yang
dibuahi. Telur yang telah dibuahi tidak berwarna (transparan) sedangkan yang tidak
dibuahi dan yang mati berwarna putih susu. Telur yang terbuahi melayang atau
terapung pada salinitas 33 permil, sebaliknya telur yang tidak dibuahi akan
tenggelam didasar tangki. Telur yang telah terbuahi kemudian dipindahkan ke
dalam tangki feberglass berkapasitas 3m3. Tangki penetasan ini
sebelumnya telah diisi dengan air laut bersih dengan mikro alga dan zooplankton
dilengkapi dengan aerasi. Dimana ukuran telur yang telah dibuahi adalah 810-880
millimikron. Telur-telur ini menetas 16-18 jam setelah pembuahan pada suhu
27-28 0C.
2.2.2. Subtansi Hormon dalam Reproduksi
Hormon adalah subtansi
yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah
yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan
suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh
(Sorensen, 1979). Definisi hormon yang lain adalah suatu zat organik yang
diproduksikan oleh sel-sel khusus dalam tubuh dirembeskan ke dalam aliran darah
dengan jumlah yang sangat kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk
berfungsi.
Salah satu subtansi hormon reproduksi adalah ekstra hipofisa , dimana ekstrak
hipofisa sangat praktis atau mudah penggunaannya dalam reproduksi ikan,
sederhana dan cukup efektif. Kendalanya adalah sulit untuk melakukan
standarisasi karena hormonnya sendiri dalam tiap butir hipofisa tidak dapat
diketahui dengan pasti (Satyani, 1998). Ekstrak hipofisa dapat juga mengontrol
ekspresi seksualitas termasuk perkembangan maturasi dan pelepasan gamet dengan
pengaruh iklim atau musim dan dapat merangsang ikan memijah tanpa tergantung
musim pemijahan (Lee, 1992).
Hormon
steroid dapat berupa testosteron untuk jantan dan estrogen untuk betina. Hormon
jenis ini lebih banyaj digunakan dalam perlakuan perubahan kelamin. Hal ini
disebabkan karena steroid mempunyai efek “Feetback negative action” yang besar,
dimana dapat menghambat pelepasan FSH dan melalui suatu pusat yang di
hipotalamus menghambat pelepasan LH dan sintesis androgen atau estrogen dan
jika dosis tidak tepat atau terlalu besar dosis dapat menyebabkan ikan menjadi
steril (Satyani, 1998).
2.2.3. Mekanisme Kerja Hormon
Sebagian besar hormon
atau bahkan mungkin semuanya, berikatan dengan reseptor khusus yang terdapat
pada sel sasaran. Pengikatan berbagai reseptor menyebabkan suatu pengendalian
surut (down regulation) secara otomatis, yakni terjadi pinositosis pada
reseptor atau kompleks hormon reseptor yang memperkecil tanggapan yang timbul
(Mc Gilvery & Goldstein, 1996).
Sesuai dengan tempat dan
proses kerja hormon dalam sel, maka hormon dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu:
1) Kelompok
hormon yang mengawali kerja pada membran plasma, yaitu;
Ketokolamin, prostaglandin dan semua hormon
peptida seperti insulin,
Glikogen dan kelenjar hipofisa
(2) Kelompok
hormon yang mengawali kerja di dalam inti sel, kelompok
Hormon ini hanya terdapat pada
sitoplasma. Kelompok
hormon ini mencapai inti sel dan
mempengaruhi proses dan kecepatan ekspresi gen. Yang termasuk kelompok ini
yaitu: triiodotironin dan semua hormon Steroid.
Pematangan gonad dan ovulasi ikan merupakan suatu proses di bawah kendali kerja
hormon-hormon. Secara umum mekanisme kerja hormon untuk perkembangan dan
pematangan gonad merupakan suatu rangkaian. (Gambar 2).
Stimulasi oleh adanya pelepasan
Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dari hipotalamus menyebabkan kelenjar
hipofisa mengsekresikan Gonadotropin (GtH) untuk dialirkan ke dalam darah.
Rangsangan untuk mensintesis hormon GnRH diatas diterima oleh hipotalamus dari
otak (susunan saraf pusat) melalui reseptor-reseptor yang menerima rangsangan
dari luar atau lingkungan. Reseptor penginderaan adalah penerima rangsangan
tersebut, seperti visual untuk fotoperiod dan lawan jenis, kemoreseptor untuk
suhu, metabolit dan sebagainya. Selain GnRH yang bersifat memacu, maka dalam
hipotalamus ini juga dikeluarkan subtansi penghambat pelepasan GtH yaitu
dopamin.
Hormon Gonadotropin ini sebagai produk yang dialirkan lewat darah dalam kadar
tertentu akan merangsang kematangan gonad akhir melalui simulasi untuk
mensintesis hormon-hormon steroid pematangan oleh folikel dalam ovarium atau
testis. Pada beberapa spesies ikan hormon Gonadotropin ini ada dua macam yaitu:
GtH-1 dan GtH-2 yang berbeda dalam senyawa glikoproteinnya. GtH-1 berperan
dalam perkembangan gonad sedangkan GtH-2 berperan dalam pematangan dan
pemijahan.
Pada ikan induk jantan, steroid adalah testoteron yang mengontrol pematangan
sperma diproduksi oleh sel Leydig pada testis. Banyak sebagian pakar menyatakan
bahwa hormon ini mempengaruhi perkembangan kelamin sekunder dan perilaku
pemijahan, namun prosesnya belum diketahui dengan jelas. Steroid pada ikan
betina berpengaruh langsung kepada pematangan sel telur (oosit) dikenal sebagai
estrogen dan disekresi oleh sel interstial folikel di ovarium.
Progesteron yang dikenal sebagai steroid yang dihasilkan oleh sel perifer dari
ovarium pengaruhnya hanya pada pematangan akhir oosit saja. Mengenai proses
bagaimana steroid-steroid tersebut dapat merangsang pemasakan oosit maupun
sperma mekanismenya belum diketahui tetapi diduga melalui tranfer kode
terjemahan RNA.