This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 22 April 2013




IKAN KERAPU MACAN

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA       : ROMI ANDRIAN
NIM            : 09C10432053





FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Kerapu
2.1.1 Taksonomi

Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu diantaranya adalah Cromileoptes altivelis yang selain sebagai ikan konsumsi juga juvenilnya juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae, Subfamili Epinephelinea, yang umumnya di kenal dengan nama groupers, rockcods, hinds, dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan diperairan pantai Asia  Pasifik sebanyak 110 spesies dan diperairan  Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon.

 Klasifikasi Ikan Kerapu (Epinephelus fuscoguttatus) Menurut  Myers,  et.al, (2005),  menjelaskan  bahwa  kerapu  macan (Epinephelus fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum            : Chordata,
Sub phylum     : Vertebrata,
Class               : Osteichtyes,
Sub class         : Actinopterigi
Ordo                :  Percomorphi,
Sub  ordo         :  Percoidea,
Family             :  Serranidae
Sub  family      :  Epinephelinae
Genus              :  Epinephelus  /Cromileptes  /  Variola/   Plectropomus,
Spesies              :  (Epinephelus  fuscoguttatus)





                     Gambar 1. Ikan kerapu macan  (Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) atau  sering  juga disebut  Groouper dipasarkan  dalam  keadaan  hidup.  Golongan  ikan  kerapu yang  paling  banyak  adalah  golongan  Epinepelus  sp namun  yang  paling banyak di kenal di budidayakan  adalah jenis  kerapu Lumpur  (Epinephelus  suillus) dan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus).
Golongan Epinephelus  memiliki  tubuh  yang  lebih  tinggi  dari  kerapu  Lumpur (Epinephelus  suillus), dengan bintik-bintik  yang  rapat dan  berwarna gelap, sirip ikan kerapu macan berwarna kemerahan, sedangkan bagian sirip yang lain berwarna coklat kemerahan Sunyoto Dan Mustahal (2000).

2.1.2Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) mempunyai  bentuk  badan yang  pipih  memanjang  dan  agak  membulat  (Direktorat  Jendral  Sudirman Perikanan  Deperteman   Pertanian,   1979). 
Mulut  lebar  dan  di  dalamnya terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001). Direktorat Jendral Perikanan Depertemen  Pertanian  (1979),  menjelaskan  bahwa  rahan  bawah  dan  atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat. Kerapu macan  (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip perut 1 buah.  Jari-jari  sirip  yang  lemah  pada  sirip  puggung  terdapat  15-16  buah, sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan (Epinephelus  fuscoguttatus) memiliki  warna  seperti  sawo  matang  dengan tubuh  bagian  verikal  agak  putih.  Pada  permukaan  tubuh  terdapat  4-6  pita vertical  berwarna  gelap  serta  terdapat  noda  berwarna  merah  seperti  warna sawo (Kordi 2001).
Habitat dan PenyebaranMenurut Heamstra dan ramdall (1993, cit. Anonim 2001), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan kelompok  yang  hidup  di dasar perairan berbatu dengan kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung koral. Selama siklus hidupnya memiliki habitat yang berbeda-bedapada setiap fasenya, ikan kerapu macan (Epinephelus  fuscoguttatus) mampu hidup di daerah dengan kedalaman 0.5-3 meter  pada  area  padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa  akan  berpinda ke tempat yang lebih dalam  lagi, dan perpindahan ikan berlansung pada pagi hari atau menjalan senja (Anonim,  2001). 
Menurut  Tampu  Bolon   dan  Mulyadi   (1989)  cit. Anonim  (2001)  menjelaskanbahwa  telur  dan  larva  ikan  kerapu  macan bersifat  pelagis  sedangkan  ikan  kerapu  muda  hingga  dewasa  bersifat domersal. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat nokturnal, dimana  pada  siang hari  lebih  banyak bersembunyi  pada  liang-liang  karang dan akan beraktifitas pada malam hari unuk mencari makanan.Ikan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) tersebar  merata  dari laut pasifik hingga ke laut merah tetapi lebih dikenal berasal dari teluk persi, Hawai, atau Pholynesia
Ikan kerapu macan terdapat hampir semua perairan pulau  tropis  Hindia  dan  samudra  pasifik  barat  dari  pantai  timur  Afrika sampai dengan Mozambika, selain itu juga ditemukan di Madagaskar.
 Cara Makan dan Jenis Makanan ikan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) merupakan  hewan karnifora  yang  memansa  ikan-ikan  kecil,  kepiting,  dan  udang-udangan, sedangkan  larva  merupakan  memangsa  larva  moluska.  ikan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) bersifat  karnifora  dan  cenderung menangkap/memansa  yang  aktif  bergerak  di  dalam  kolam  air  (Nybakken, 1988  Cit.  Anonim,  2001).
 Iikan  kerapu  macan  juga  bersifat  kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larfa kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.Ikan kerapu macan (Epinephelus  fuscoguttatus) mencari  makan  hingga menyergap  mangsa  dari  tempat  persembunyiannya  (Anonim,  1991  cit. Anonim,2001).  dengan  cara  makannya  dengan  memakang  satu  per  satu makanan yang diberikan sebelum makan tersebut sampai ke dasar (Anonim, 1996 ).

2.1.3.Siklus Reproduksi dan Perkembangan Gonad
Ikan  kerapu  macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) bersifat  Hermaprodit Protogini, yaitu perubahan kelamin dari betina dan menjelang dewasa akan berubah  menjadi  jantan  Sunyoto  dan  Mustahal  (2000).  Ikan  kerapu  mulai suklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian  akan berubah menjadi ikan  jantan  yang  berfungsi  masa  interseks  dan  masa  terakhir  masa  jantan (Afenddy,  1997).  Ketika  ikan  kerapu  masih  muda  (juvenile), gonadnya mempunyai  daerah  ovarium  dan  daerah  testis.  Jaringan  ovari  kemudian mengisih  sebagian  gonad  dan  setelah  jaringan  ovari  berfungsi  mampu menhasilkan  telur,  Kemudian  akan  terjadi  transisi  di  mana  testisnya  akan membesar dan ovarinya mengurut. Ikan kerapu macan (Epinephelus  fuscoguttatus) yang  sudah  tua  umumnya  ovarium  sudah  teroduksi  sekali sehingga sebagian besar dari gonad terisi oleh jaringan lain.  Fase produksi pada  induk  betina   di  capai  pada  panjang  tubuh  antara  45-50  cm  dengan berat  3-10  kg  dan  umur  kurang  lebih  5  tahun,  selanjutnya  menjadi  jantan yang matang gonad pada ukuran minimal 74 cm dengan berat kurang lebih 11 kg.

.2.1.4. Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad

Effendi (2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan.  Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran (Anonim, 1999 dalam Turangan 2000). Pada ikan kerapu jenis Epinephelus diacantuskecendrungan perubahan kelamin terjadi selama  tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi perubahan terbaik terjadi antara 2-3 tahun (Anonim, 1999 dalamTurangan 2000). Pada ikan kerapu merah Epinephelus akaara untuk jenis ikan betina ukuran berat 500 gram, panjang 26 cm dan jenis kerapu jantan ukuran berat 1000 gram dan ukuran panjang 34 cm. Sedangkan untuk ikan kerapu Lumpur Epinephelus tauvina  jenis kelamin betina berat 3-4 kg panjang 45 cm dan jenis kerapu jantan ukuran panjang 65 cm.  
Slamet et al., (2001) menyatakan bahwa pengamatan aspek biologi reproduksi beberapa jenis ikan kerapu telah dilakukan terhadap ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), Kerapu Macan ( Epinephelus fuscoguttatus), Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides), Kerapu Batik (Epinephelus microdon), dan Kerapu Karet (Epinephelusongus).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Pada ikan kerapu macan betina mulai matang pada ukuran panjang total 51 cm atau bobot 3,0 kg sedangkan jantan mulai matang pada ukuran panjang total 60 cm atau bobot 7,0 kg

2.1.5. Fekunditas dan Musim Pemijahan
Pada induk kerapu macan yang diimplantasi pelet hormon LHRHa dosis 150ug (1 ekor)dan dosis 240ug (2 ekor) serta 1 ekor dari kontrol. Jumlah telur yang dihasilkan dari induk kontrol adalah 7.500.000 butir dengan frekwensi pemijahan 3 kali. Sedangkan derajat pembuahan (FR) 93.7 – 96.5 %. Dan derajat penetasan (HR) 70.5 – 78.5 %. Selanjutnya dari induk yang diimplantasi dihasilkan telur sebanyak 14.650.000 butir atau 4.883.000 butir/ekor dengan frekwensi pemijahan 4 kali derajat pembuahan 95.6-98.5 % derajat penetasan 21,7-89.5  % (Mayunar et al., 1995).
Diperairan tropis musim pemijahan dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang tahun, akan tetapi ada puncak musim pemijahan. Dimana musim benih kerapu di alam ditentukan oleh angin musim ( musim barat dan musim timur), kedua musim ini mempengaruhi kondisi arus, salinitas, suhu, dan nutrien yang terkandung. Musim pemijahan umumnya pada ikan kerapu terjadi atau berlangsung dari bulan april sampai juni dan antara bulan januari sampai september.

2.2. Strategi Reproduksi

2.2.1. Pemijahan

            Pemijahan ikan kerapu dapat di bagi atas 3 yaitu pemijahan alami (natural spawning), pemijahan buatan (stripping atau artificial fertilization) dan penyuntikan atau pijah rangsang (induced spawning).  Pada induk ikan kerapu yang telah dewasa kelamin dapat dipijahkan secara alami tanpa ransangan hormon. Induk ikan yang matang telur dimasukan ke dalam tangki pemijahan yang berukuran 3-5 m3 dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1. Tangki ini dilengkapi dengan sistem aerasi yang cukup dan pada siang hari di beri aliran air laut bersih. Pemijahan biasanya terjadi beberapa hari sesudah dan sebelum bulan purnama atau di sekitar bulan gelap dan pemijahan terjadi pada malam hari.
            Pemijahan rangsang biasanya dilakukan dengan menyuntikan hormon atau campuran beberapa hormon ke dalam tubuh induk ikan yang akan dipijahkan. Hormon yang umumnya digunakan adalah Human Chorionic Gonadotropin (HCG), Gonatropin, Puberogen (mengandung FSH dan gonadotropin) dan pregnyl. Ekstrak kelenjar hipofisa ikan salmon juga dapat digunakan untuk merangsang pematangan gonad.
            Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara telah berhasil memijahkan ikan kerapu macan menggunakan rangsangan kombinasi HCG dengan Puberogen. Induk ikan kerapu macan yang digunakan berasal dari pemeliharaan selama 7 tahun di kurungan apung yang diletakkan diperairan Teluk Banten. Ikan yang digunakan berukuran 4 dan 5 kg induk betina dan 7 kg induk jantan. Ketiga ikan ini mula-mula di bius dengan mono-etilene –glikol 100 ppm selama beberapa menit. Pentoksi-etanol atau minyak cengkeh juga dapat digunakan sebagai obat bius. Setelah ikan terbius  induk betina diperiksa diameter telurnya dengan cara kanulasi. Penyuntikan dilakukan 3 kali  dosis campuran hormon adalah 50 MU Puberogen dan 250 IU HCG pada penyuntikan pertama. Bila ikan belum memijah dilakukan penyuntikan ke dua pada hari berikutnya, penyuntikan harus diulangi dengan dosis 50 MU Puberogen 500 IU HCG. Bila ikan belum memijah
Maka dilakukan penyuntikan ke tiga dengan dosis 50 MU Puberogen dan 750 IU HCG. Ikan ini akan memijah pada hari yang ke tiga di dalam tangki beton berkapasitas 5 m3.
Selama ikan bertelur induk tidak boleh di beri pakan, dan apabila induk telah memijah harus segera dipindahkan ke tangki yang lain. Telur yang telah dibuahi berjumlah lebih kurang 1.200.000 butir. Dari jumlah ini diperkirakan hanya 30 % saja yang dibuahi. Telur yang telah dibuahi tidak berwarna (transparan) sedangkan yang tidak dibuahi dan yang mati berwarna putih susu. Telur yang terbuahi melayang atau terapung pada salinitas 33 permil, sebaliknya telur yang tidak dibuahi akan tenggelam didasar tangki. Telur yang telah terbuahi kemudian dipindahkan ke dalam tangki feberglass berkapasitas 3m3. Tangki penetasan ini sebelumnya telah diisi dengan air laut bersih dengan mikro alga dan zooplankton dilengkapi dengan aerasi. Dimana ukuran telur yang telah dibuahi adalah 810-880 millimikron. Telur-telur ini menetas 16-18 jam setelah pembuahan pada suhu 27-28 0C.

2.2.2. Subtansi Hormon dalam Reproduksi
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh  (Sorensen, 1979). Definisi hormon yang lain adalah suatu zat organik yang diproduksikan oleh sel-sel khusus dalam tubuh dirembeskan ke dalam aliran darah dengan jumlah yang sangat kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.
            Salah satu subtansi hormon reproduksi adalah ekstra hipofisa , dimana ekstrak hipofisa sangat praktis atau mudah  penggunaannya dalam reproduksi ikan, sederhana dan cukup efektif.  Kendalanya adalah sulit untuk melakukan standarisasi karena hormonnya sendiri dalam tiap butir hipofisa tidak dapat diketahui dengan pasti (Satyani, 1998). Ekstrak hipofisa dapat juga mengontrol ekspresi seksualitas termasuk perkembangan  maturasi dan pelepasan gamet dengan pengaruh iklim atau musim dan dapat merangsang ikan memijah tanpa tergantung musim pemijahan (Lee, 1992).
            Hormon steroid dapat berupa testosteron untuk jantan dan estrogen untuk betina. Hormon jenis ini lebih banyaj digunakan dalam perlakuan perubahan kelamin. Hal ini disebabkan karena steroid mempunyai efek “Feetback negative action” yang besar, dimana dapat menghambat pelepasan FSH dan melalui suatu pusat yang di hipotalamus menghambat pelepasan LH dan sintesis androgen atau estrogen dan jika dosis tidak tepat atau terlalu besar dosis dapat menyebabkan ikan menjadi steril (Satyani, 1998).

2.2.3.     Mekanisme Kerja Hormon
Sebagian besar hormon atau bahkan mungkin semuanya, berikatan dengan reseptor khusus yang terdapat pada sel sasaran. Pengikatan berbagai reseptor menyebabkan suatu pengendalian surut (down regulation) secara otomatis, yakni terjadi pinositosis pada reseptor atau kompleks hormon reseptor yang memperkecil tanggapan yang timbul (Mc Gilvery & Goldstein, 1996).
Sesuai dengan tempat dan proses kerja hormon dalam sel, maka hormon dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1)   Kelompok hormon yang mengawali kerja pada membran plasma, yaitu;
Ketokolamin, prostaglandin dan semua hormon peptida seperti insulin,
Glikogen dan kelenjar hipofisa
 (2)   Kelompok hormon yang mengawali kerja di dalam inti sel, kelompok
Hormon ini hanya terdapat pada sitoplasma. Kelompok hormon ini mencapai inti sel dan mempengaruhi proses dan kecepatan ekspresi gen. Yang termasuk kelompok ini yaitu: triiodotironin dan semua hormon Steroid.
            Pematangan gonad dan ovulasi ikan merupakan suatu proses di bawah kendali kerja hormon-hormon. Secara umum mekanisme kerja hormon untuk perkembangan dan pematangan gonad merupakan suatu rangkaian. (Gambar 2).
Stimulasi oleh adanya pelepasan Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dari hipotalamus menyebabkan kelenjar hipofisa mengsekresikan Gonadotropin (GtH) untuk dialirkan ke dalam darah.
            Rangsangan untuk mensintesis hormon GnRH diatas diterima oleh hipotalamus dari otak (susunan saraf pusat) melalui reseptor-reseptor yang menerima rangsangan dari luar atau lingkungan. Reseptor penginderaan adalah penerima rangsangan tersebut, seperti visual untuk fotoperiod dan lawan jenis, kemoreseptor untuk suhu, metabolit dan sebagainya. Selain GnRH yang bersifat memacu, maka dalam hipotalamus ini juga dikeluarkan subtansi penghambat pelepasan GtH yaitu dopamin.
            Hormon Gonadotropin ini sebagai produk yang dialirkan lewat darah dalam kadar tertentu akan merangsang kematangan gonad akhir melalui simulasi untuk mensintesis hormon-hormon steroid pematangan oleh folikel dalam ovarium atau testis. Pada beberapa spesies ikan hormon Gonadotropin ini ada dua macam yaitu: GtH-1 dan GtH-2 yang berbeda dalam senyawa glikoproteinnya. GtH-1 berperan dalam perkembangan gonad sedangkan GtH-2 berperan dalam pematangan dan pemijahan.
            Pada ikan induk jantan, steroid adalah testoteron yang mengontrol pematangan sperma diproduksi oleh sel Leydig pada testis. Banyak sebagian pakar menyatakan bahwa hormon ini mempengaruhi perkembangan kelamin sekunder dan perilaku pemijahan, namun prosesnya belum diketahui dengan jelas. Steroid pada ikan betina berpengaruh langsung kepada pematangan sel telur (oosit) dikenal sebagai estrogen dan disekresi oleh sel interstial folikel di ovarium.
            Progesteron yang dikenal sebagai steroid yang dihasilkan oleh sel perifer dari ovarium pengaruhnya hanya pada pematangan akhir oosit saja. Mengenai proses bagaimana steroid-steroid tersebut dapat merangsang pemasakan oosit maupun sperma mekanismenya belum diketahui tetapi diduga melalui tranfer kode terjemahan RNA.